Generasi Sehat, Masa Depan Hebat

Generasi Sehat, Masa Depan Hebat

Menjaga Kesehatan, Menyemai Harapan Pascabencana Maninjau

68

Agam, 20 Desember 2025

Bencana datang tanpa aba-aba. Bagi Virginia (25), hari itu berakhir dengan keputusan paling berat: meninggalkan rumah di Jorong Labuah, Nagari Sungai Batang, tanpa kepastian bisa kembali. Dalam gelap dan kepanikan, ia hanya menyelamatkan dokumen penting. Selebihnya lenyap tersapu banjir bandang, termasuk rumah dan sumber penghidupan.

“Kami cuma sempat bawa dokumen. Dentuman dari kejauhan sudah terdengar. Air sudah melebar ke mana-mana,” tuturnya.

Esok harinya, rumah itu tinggal puing. Virginia bersama tiga anaknya sempat berpindah-pindah, dari masjid hingga akhirnya menetap di posko pengungsian Pasar Rakyat Nagari Sungai Batang.

Kehidupan di pengungsian menghadirkan persoalan baru. Udara dingin, debu, dan perlengkapan terbatas memicu berbagai gangguan kesehatan. Batuk, demam, dan nyeri otot kerap dikeluhkan, terutama oleh anak-anak.

“Tempatnya terbuka, selimut seadanya, ditambah sekeliling banyak debu. Anak-anak jadi gampang batuk, saya pun sempat sepuluh hari demam,” ujarnya.

Keluhan serupa disampaikan Nani (46), warga Nagari Bayua, yang mendatangi posko kesehatan bersama anaknya.

“Saya sering pusing, mungkin karena ada rasa takut juga setelah bencana. Pinggang juga sering sakit. Anak saya gatal-gatal,” katanya.

Kepala Puskesmas Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Ns. Hermalina, S.Kep., menjelaskan bahwa pola keluhan tersebut umum muncul pascabencana.

“Kasus yang paling banyak kami tangani adalah ISPA, hipertensi, diare, penyakit kulit, mialgia, dan demam. Kondisi lingkungan, kelelahan, dan stress pascabencana sangat berpengaruh terhadap kondisi warga,” jelasnya.

Menurut Hermalina, layanan kesehatan terus digerakkan melalui puskesmas, posko, layanan keliling, hingga kunjungan langsung ke lokasi pengungsian.

“Kami berusaha memastikan masyarakat tetap mendapatkan pelayanan, meskipun dengan keterbatasan. Selama masih ada warga yang membutuhkan, kami akan tetap turun ke lapangan,” tegasnya.

Di tengah keterbatasan, posko kesehatan menjadi tumpuan rasa aman. Virginia mengaku rutin memeriksakan kondisi dirinya dan anak-anak.

“Alhamdulillah kami dilayani dengan baik. Dikasih obat sampai sembuh,” katanya.

Hal yang sama dirasakan Nani.

“Dokternya ramah-ramah, pelayanannya bagus. Anak saya dikasih salep dan obat penambah nafsu makan, saya juga dapat obat. Alhamdulillah sangat membantu,” ujarnya.

Namun, tantangan tidak berhenti pada kesehatan. Rumah Virginia dan rumah ibunya rusak berat. Sebagai pedagang gorengan, kehilangan peralatan masak berarti kehilangan penghasilan.

“Kami ingin mandiri lagi. Kalau ada kompor atau wajan yang masih bisa dipakai, kami ingin mulai berjualan lagi. Tidak mungkin selamanya kami bergantung pada bantuan luar,” ucapnya lirih.

Kisah Virginia dan Nani mencerminkan kondisi banyak warga Maninjau. Di tengah kehilangan dan ketidakpastian, mereka bertahan sambil menata hari depan.

Melalui layanan kesehatan yang terus hadir, dukungan relawan, dan solidaritas berbagai pihak, pemulihan mulai bergerak. Upaya yang dilakukan hari ini diharapkan menjadi pijakan menuju pemulihan yang lebih menyeluruh dan berkelanjutan bagi masyarakat Maninjau.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Informasi Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, dan alamat email [email protected]. (YA/SK)

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik

Aji Muhawarman, ST, MKM

Previous Article
Pulihkan Trauma Penyintas, Mobile Clinic Hadirkan Layanan Kesehatan Jiwa di Bener Meriah

MINISTRY OF HEALTH RELEASE


KALENDER KEGIATAN

Ministry of Health Republic of Indonesia
Jl. H.R. Rasuna Said, Block X-5, Kav. 4–9
South Jakarta 12950
Indonesia

FOLLOW US:

© 2025